guru profesional

5 Cara Mengelola Kelas

Posted on Updated on

Dr. Jabir Abdul Hamid Jabir, Dr. Sulaiman Syeikh, dan Dr. Fauzi Zahir dalam bukunya “Kecakapan dalam Mengajar” menerangkan lima cara untuk mengelola kelas. Tiap-tiap cara memiliki definisi tersendiri, sehingga tugas seorang guru berbeda-beda, sesuai dengan definisi yang ada.

IMG_20151109_123818_HDR

Cara Pertama, MENGUASAI. Cara seperti ini tidak lagi memiliki banyak pendukung. Karena tidak mampu menciptakan interaksi yang baik antara guru dengan murid-muridnya. Cara ini mengandalkan bagaimana seorang guru bisa menguasai murid-murid dan menjaga peraturan yang ada sehingga dia bisa menjalankan tugasnya sebagai seorang guru di dalam kelas.

Cara Kedua, TOLERANSI. Cara ini memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada murid, sehingga mereka bisa melakukan apa yang mereka mau. Cara ini tentu saja tidak bisa mewujudkan target pendidikan yang diharapan, dan proses belajar-mengajar di dalam kelas menjadi tidak efektif.

Cara Ketiga, MELURUSKAN PERILAKU. Cara ini membutuhkan beberapa kegiatan yang bisa digunakan untuk mengembangkan perilaku murid yang baik dan membuang perilaku yang kurang layak.

Cara Keempat, CARA SOSIAL DAN EMOSIONAL POSITIF. Yaitu beberapa kegiatan yang bisa dimanfaatkan seorang guru untuk menumbuhkan hubungan humanisme yang baik, serta menciptakan iklim sosial dan emosional positif di dalam kelas.

Cara Kelima, MENGEFEKTIFKAN SUASANA KELAS. Guru memandang kelas sebagai komunitas sosial dimana aktifitas sosial memainkan peran utama. Dengan begitu, peran seorang guru adalah menjadikan sistem sosial yang ada dalam ruang kelas lebih efektif.

Dari 5 cara di atas, kiranya guru mampu mengaplikasikannya, memilih, dan memilah cara yang tepat untuk mengelola kelas. Agar guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

Sumber:

Khalifah, Mahmud dan Usamah Quthub. 2009. Menjadi Guru yang Dirindu: Bagaimana Menjadi Guru yang Memikat dan Profesional. Halaman 180-181. Surakarta: Ziyad Visi Media.

Variasi dalam Pembalajaran

Posted on

Mungkin kita, guru, pernah menjumpai siswa yang biasanya aktif di dalam kelas, kini tidak aktif lagi saat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Atau mungkin yang paling ekstrim lagi, salah satu atau beberapa siswa kita tidur di dalam kelas saat pembelajaran berlangsung.

Melihat kondisi seperti ini, guru dipandang perlu mengambil langkah. Yang pertama, guru menemukan penyebabnya.

Apa yang menyebabkan siswa tidak aktif lagi. Apakah karena siswa sedang mengalami masalah pribadi atau cara mengajar guru membosankan bagi siswa?

Apa yang menyebabkan siswa tidur di dalam kelas. Apakah karena siswa kurang tidur semalam atau mungkin tidak suka dengan gurunya yang mengajarnya monoton?

Setelah menemukan penyebabnya, langkah kedua yang perlu diambil adalah merencanakan tindakan apa yang perlu dilakukan. Dan rencana tindakan yang saya maksud perlu diambil guru ini adalah inovasi dalam pembelajaran.

Inovasi pembelajaran perlu dilakukan guru agar memberikan suasana yang menarik bagi siswa, kemudian siswa memperhatikan materi yang disampaikan guru, dan siswa menjadi kreatif. Karena melihat contoh dari gurunya yang setiap datang ke kelas selalu membawa suasana yang berbeda saat mengajar.

Inovasi Pembelajaran

Menurut Mulyasa (2005: 79), variasi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu: variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar, varasi dalam pola interaksi, dan variasi dalam kegiatan.

Varisi dalam mengajar yang dapat dilakukan seperti:

  1. Variasi suara: rendah, tinggi, besar, kecil;
  2. Memusatkan perhatian;
  3. Membuat kesenyapan sejenak (diam sejenak);
  4. Mengadakan kontak pandang dengan peserta didik;
  5. Variasi gerakan badan dan mimik; dan
  6. Mengubah posisi; misalnya dari depan kelas, berkeliling di tengah kelas, dan ke belakang kelas, tetapi jangan mengganggu suasana pembelajaran.

Variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar yang dapat dilakukan seperti:

  1. Variasi alat dan bahan yang dapat dilihat;
  2. Variasi alat dan bahan yang dapat didengar;
  3. Variasi alat dan bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi; dan
  4. Variasi penggunaan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar.

Variasi dalam pola interaksi yang dapat dilakukan seperti:

  1. Variasi dalam pengelompokkan peserta didik: klasikal, kelompok besar, kelompok kecil dan perorangan;
  2. Variasi tempat kegiatan pembelajaran: di kelas dan di luar kelas;
  3. Variasi dalam pola pengaturan guru: seorang guru, dan tim;
  4. Variasi dalam pengaturan hubungan guru dengan peserta didik: langsung (tatap muka), dan melalui media;
  5. Variasi dalam struktur peristiwa pembelajaran: terbuka dan tertutup;
  6. Variasi dalam pengorganisasian pesan: deuktif dan induktif; dan
  7. Variasi dalam pengelolaan pesan: ekspositorik dan heuristik atau hipotetik.

Variasi dalam kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan seperti:

  1. Variasi dalam penggunaan metode pembelajaran;
  2. Variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar;
  3. Variasi dalam pemberian contoh dan ilustrasi; dan
  4. Variasi dalam instruksi dan kegiatan peserta didik.

Sumber:

Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

7 Cara Mengembangkan Kecerdasan Emosi dalam Pembelajaran

Posted on

Bila guru mengharapkan kualitas pendidikan dan pembelajaran di kelas tercapai secara optimal, guru perlu memahami bagaimana membina diri pribadi dan peserta didik untuk memiliki kecerdasan emosional yang stabil.

Dengan memiliki kecerdasan emosional yang stabil diharapkan guru dan peserta didik dapat memahami diri dan lingkungan secara tepat, memiliki rasa percaya diri, tidak iri hati, dengki, cemas, takut, murung, tidak mudah putus asa, dan tidak mudah marah.

7 caraBerikut ini 7 cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan emosi dalam pembelajaran:

  1. Menyediakan lingkungan yang kondusif;
  2. Menciptakan iklim pembelajaran yang demokratis;
  3. Mengembangkan sikap empati, dan merasakan apa yang sedang dirasakan oleh peserta didik;
  4. Membantu peserta didik menemukan solusi dalam setiap masalah yang sedang dihadapinya;
  5. Melibatkan peserta didik sevara optimal dalam pembelajaran, baik secara fisik, social, maupun emosional;
  6. Merespon setiap perilaku peserta didik secara positif, dan menghindari respon yang negative; dan
  7. Menjadi teladan dalam menegakkan aturan dan disiplin dalam pembelajaran.